
SORE hari hawa gunung mulai terasa. Sejuk pada punggung tangan, daun telinga dan lubang hidung. Dari jarak yang tidak terlalu jauh tampak Gunung Pulosari terbungkus kabut putih di atasnya. Bagus, seorang kawan yang memboceng saya mematikan mesin motor. “Kita sudah di Mandalawangi, Pandeglang,” ujar Bagus. Bahri kawan lain menghentikan motor di depan kami.
Ada dua orang teman yang masih tertinggal di belakang. Ibrohim dan Cevi. Saya hubungi Ibrohim (Boim) melalui ponsel. Menunggu selama kurang lebih sepuluh menit. Takjub dengan pemandangan yang asri, saya ambil beberapa gambar, memotret gunung yang berkabut. Terlihat sunyi namun indah. Sepuluh menit berlalu, Ibrohim dan Cevi datang. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Semakin sore, udara gunung semakin terasa dingin. Jalanan lembab seperti baru saja tersiram hujan. Pasar Pari, Labuan, Pandeglang kami lalui. Kumuh dan murung. Beberapa lampu mulai menyala, hari makin beranjak gelap.